[YunJae] Black Roses Petals – Chapter III

 

[YunJae] Black Roses Petals – Chapter III

Annyeong…..

Title::Black Roses Petals

Author:Joy-Wiliam

Raiting::Pg 13

Length::Romance,Angsat,humor

Main Charater::

1.      Kim Jaejoong

2.      Jung Yunho

3.      Kim Junsu

4.      Park Yoochun

5.      Shim Changmin

6.      Choi Siwon

7.      I m Yoona

Chapter III

Pov Of Kim Jaejoong

Semerbak bunga-bunga membuat hatiku damai.Ya, sekarang aku berada di halaman rumah ibu pemilik kos ini. Setiap 2 kali dalam seminggu sebelum berangkat kuliah, aku mengunjungi rumah pemilik kos ini yang jaraknya hanya 10 langkah dari tempat kos. Namanya AjumaLee,. Aku menghabiskan waktu pagiku ini untuk menyiram bunga-bunga di halaman rumahnya. Hanya pada saat-saat inilah aku senang hati bangun pagi untuk menyapa bunga-bungaku(bunga-bunga Ajuma Lee maksudnya).

 Jadi hari ini aku tak akan mendengar ocehan si Mr. Dilligent itu lagi yang memintaku mengejar waktu hanya karena bangun kesiangan. Walaupun masih saja dia bangun lebih awal dariku. Kebiasaanku ini sudah kulakukan sejak awal masuk kos. Bermula dari pertama kali saat masuk kuliah, kulihat halaman Ajuma Lee yang menunjukkan berbagai jenis bunga. Dan yang paling kusukai adalah bunga mawar, khususnya mawar merah. Maka dari itu, aku selalu memberikan perhatian lebih pada bunga mawar-mawar ini.

Mungkin seluruh penghuni kos tahu dan mencap aku sebagai lelaki aneh yang doyan kembang (hei memang aku makan bunga). Tapi aku tak peduli, aku suka mawar. Sejarah tentang kesukaanku pada mawar berasal dari bundaku, dia selalu rajin menanam bunga mawar di taman samping rumah kami. Bunda selalu menyuruhku untuk merawatnya, sehingga kecintaanku pada mawar masih berlangsung sampai sekarang. Bahkan saat pertama kali disini, aku meminta izin pada Ajuma Lee untuk membiarkanku menyiramnya setiap dua kali dalam seminggu. Aku akan memetiknya satu tangkai untuk kukantongi di saku bajuku dan membawanya setiap hari. Aku menganggap jika satu tangkai bunga mawar akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Hari ini kulihat mawar-mawar merahku bermekaran sempurna.

Ku coba petik tapi tak kusangka seonak duri melukai jariku, tetes darah mulai keluar dari jariku. Bodohnya diriku, aku lupa kalau mawar-mawar ini dibiarkan tumbuh apa adanya. Tak seperti mawar-mawar yang berasal dari hasil bioteknologi yang menghasilkan mawar tanpa duri dan langsung petik. Aku merutuki diriku sendiri, bisa-bisanya aku lupa memotong durinya sebelum aku petik.
“Kamu kenapa?”, sosok Namja mengagetkanku dari arah belakang. Saat itu juga kutorehkan pandanganku kearah belakang. Saat ini tatapan mata kami bertemu, kemudian matanya beralih menuju tangan kiriku yang menggenggam jari telunjuk tangan kananku.

“Hei, jarimu berdarah!”, dia mencoba memberitahu hal yang sudah tak perlu dikatakan lagi karena jelas-jelas jariku sudah berdarah sebelum dia datang kemari.

“Ya aku tahu, ini gak apa-apa kok!”, aku hanya nyengir kuda sambil menatap raut mukanya yang khawatir.

“Eh,ini gak bisa dibiarin gitu aja dong”,dia kemudian menarik lenganku, dan menarik jariku untuk masuk ke mulutnya.

“Eh…….”,aku setengah kaget.Ya, tuhan dia menghisap darahku. Ku rasakan nafasnya yang menghembus di sela jariku, hangat. Ku lihat cara dia melakukannya, mukanya lucu.

“Sudah”, dia menarik wajahnya menjauh dari tanganku.

“Ehm, makasih”, hanya kata itu yang terlontar dari mulutku. Mungkin saat ini wajahku memerah.

“Iya, sama-sama. Nanti kalau darahnya belum berhenti kita beli plester”, dia berkata dengan memberikan ulasan senyum padaku.

“Ini udah gak apa-apa kok Chunie. Darahnya sudah berhenti”, ku coba menutupi kegugupanku.

“Ya sudah kalau begitu aku masuk ke dalam dulu ya! Agak cepet ya ini udah hampir jam delapan”, Chunie kemudian pergi masuk menuju kamarnya. Ku lihat punggungnya yang begitu kokoh dari belakang. Begitu beruntungnya wanita yang bersanding dengannya nanti. Tapi setelah kupikir, hari ini dia bersikap aneh. Sangat lembut padaku. Apa yang terjadi padanya. Ku pending dulu pertanyaan-pertanyaanku ini, kulanjutkan kegiatanku memetik bunga mawar yang tadi membuatku malu karena durinya.
“ Mulai hari ini,aku takkan lupa memotong durimu sebelum aku petik!”, kataku pada kumpulan mawar-mawar di depanku seakan mereka benda bernyawa.

☺☺☺

Di koridor kampus

Aku yang berjalan seorang diri di koridor kampus tiba-tiba tanganku ditarik oleh seorang perempuan yang tidak lain dan tidak bukan yaituYoona.Aku yang merasa kaget dengan perlakuannya yang tiba-tiba ini mulai angkat bicara.

“Kamu ini apa-apaan sihYoona? Kita sebenarnya mau kemana?”, ku hempaskan tarikan tangannya padaku.

“Udah ikut saja! Nanti aku kasih tahu”,dia kembali menyeretku menuju tempat yang tidak jauh dari koridor kampus.

“Apa-apaan ini. Kenapa kita kesini? Sebenernya ada apa sih?”, aku mulai protes saat dia mengajakku ke aula basket kampus yang sangat ramai dengan riuh sorak-sorai penonton. Sepertinya ada pertandingan basket antar tim kampus. Kudengar banyak mahasiswi meneriakkan nama ‘Yunho’ sangat keras sampai hampir merusak gendang telingaku. Prediksiku, dia pemain basket idola cewek-cewek keganjenan disini. Norak! Itu satu kata untuk mereka.

“Duduk sini dulu!”,dia menyuruhku duduk di sebelahnya. Saat ini kami berada di tribun paling atas. Maklum, sepertinya kami terlambat datang sehingga tidak kebagian tempat duduk yang strategis agar lebih dekat melihatnya.

“Lo tau gak siapa yang diteriakin ama anak-anak sekarang?”, yoona memulai percakapan.

“Siapa emang? Apa ada hubungannya sama aksi penyeretanmu padaku?”, aku memasang wajah datar.

“Iya, dia mantan aku”, jawabnya dengan bangga.

“Jadi kamu ngajak aku kemari hanya untuk pamer mantan pacarmu”, aku mendengus kesal. Bayangkan saja kupikir dia mengajakku ketempat ini ada hal serius yang perlu ku ketahui. Nyatanya dia hanya ingin memberi tahu kalau mantannya seorang idola kampus yang tak kukenal.

“Udahlah, ikut nonton aja! Ngapain sih, diajak nemenin temen sendiri malah marah-marah gitu. Lagiankan lo tahu kalo gue jarang punya temen deketYejoa. Liatlah mereka, aku alergi kecentilan mereka”, sambil menunjuk kumpulan mahasiswai di tribun bawah. Huh, bagaimana aku bisa marah kalau dia pasang tampang muka memelas kaya gitu pake sebut-sebut gak punya temen cewek segala juga. Aku jadi merasa bersalah.

“Iya,iya aku temenin nonton. Ngomong-ngomong kapan kamu punya pacar? Sampe jadi mantan segala. Masa Idola kampus mau sama kamu?”, aku coba sedikit menyindirnya biar dia merasakan kesal kaya aku.

“Justru itu gue mau ngenalin dia ke lo. Kalo junsu ama Yoochun udah tahu beberapa hari yang lalu waktu kamu gak masuk kuliah karena sakit itu. Junsu pasti belum bilang kan? Mana mau dia bahas soal mantan gue”, nadanya menjelaskan.

“Terus penting gitu aku kenal ama dia?”, aku berkata cuek.

“Ya penting lah. Lo mau tahu orangnya? tuh yang lengannya diiket pakai kain warna biru”, telunjuknya menunjuk kearah seorang lelaki yang tengah menggiring bola. Aku sedikit menyipitkan mataku, tapi tetap saja aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Mataku yang minus tiga ini tak bisa menjangkau jarak pandang ke lapangan itu.

“Aku gak bisa lihat”, setelah menyelesaikan statement singkatku, Yoona menoleh kearahku.

“Ya elah kamu gak bawa kacamata?”, aku menggeleng kecil.

“Udah tahu mata minus , kacamata gak mau dipake segala lagi”, lagi-lagi hari ini dia menyalahkanku. Orang ini memang pandai membuat orang merasa bersalah. Memang kondisi mataku sudah parah(masih belum), dulu aku memang memakai kacamata tapi karena kurang nyaman sekarang aku hanya memakainya saat jam pelajaran saja.

. “Ya sudahlah nanti kalo pertandingannya selesai kita liat dia dari deket”,dia hanya manggut-manggut.

“Oh jangan diliat aja dong. Tujuan gue ngajak kamu kemari kan buat ngenalin dia ke lo, habis ini kita samperin dia. Gue mau nyerahin ini juga”, dia menunjukkan sebuah amplop di tangannya.

“Apaan tu?”, tanyaku penasaran.

“Ini jatah bulanan dia dari ummanya. Kemarin Ummanya nitipin keUmma aku”,jelasnya yang membuatku bingung.

“Umma kamu?”,

“Bingung kan? Gini hlo, Ummanya ntu ternyata adik iparOm Aku. Ummaku kan kemarin ngunjungin aku disini, sekalian nitipin jatah bulanan Yunho dari ortunya yang kerja Seol”

“Tapi dulu kalian kok bisa pacaran? Kalian kan masih saudara”, tanyaku yang masih bingung dengan penjelasannya.

“Itu dia yang membuat aku jadi salah satu Yeoja yang akrab dengannya. Dulu dia nembak Aku seminggu setelah acara ospek. Aku  tahu kalau dia playboy.Dari pengalaman Yejoa-Yeoja sebelumnya, pacaran paling lama sama dia hanya 2 minggu, setelah itu diputusin. Tapi pacaran dengan dia merupakan mimpi bagi semua Yejoa disini, jadi waktu itu gue terima aja. Gak apa-apa walaupun cuma satu hari yang penting mimpiku terwujud”, aku hanya melongo mendengar penuturannya. Yoona walaupun cerewet tapi cantik. Tapi aku tak menyangka dia begitu bodohnya seperti Yeoja-Yeoja lain. Bermimpi jadi pacar seorang playboy kampus.Mimpi yang konyol. Aku melanjutkan mendengarkan ceritanya kembali.

“Setelah lima hari, gue diputusin. Tapi waktu acara pernikahan saudara gue tiga bulan yang lalu. Aku ketemu ama dia lagi, disitulah terjadi percakapan antara ortu kami. Dan disitu muncullah suatu penjelasan kalau gue saudaraan ama dia. Nah setelah itu kita jadi akrab deh, tapi hanya sebatas saudara. Buktinya tiap nyokap gue ngunjungin gue kemari selalu ngasih titipan uang bulanan ama semesteran buat gue kasih kedia. Seperti saat ini”,aku mengangguk mengerti. Ku kira dia tipe cewek yang suka ngejar-ngejar Namja meskipun sudah dicampakkan. Baguslah, dia masih punya harga diri.

Teeeeet…………….teeeeeeeeeeeeet……

Bunyi klakson menggema di penjuru aula ini. Tak kusangka cerita Yoona sampai membuat kami tidak bisa menyaksikan pertandingannya. Lagian apa peduliku. Ku lihat, para Yeoja meneriakkan namanya dengan keras. Oh, berarti timnya menang. Dengan tergesa Yoona menyeretku lagi kesebuah ruangan yang khusus untuk para pemain-pemain tadi, semacam ruang ganti gitu. Tapi sebelum kami melangkah masuk kami dihadang oleh pria berpostur tinggi. Dan dia sosok yang kukenali.

“Hai,Yun Oppa. Ini Umma Kamu nitip ini keummaKu. Biasa!”, Yoona menyodorkan amplop yang dia tunjukkan tadi.

“Oh, makasih ya Saengku!”, dia mentowel daguYoona. Pandangannya kemudian beralih kearahku. Yoona yang melihat peralihan pandangan Yunho mulai berbicara.

“Kenalin temenku, Jaejoong Oppa dari jurusan sama kaya Aku. Kamu tahu lah”, Yoona menunjuk kearahku. Otomatis aku jadi grogi setengah mati.

“Oh kamu Namja cantik malam itu kan?”, dia tersenyum mesum kearahku.

“Apa-apaan kamu ini, aku ini Namja jangan sebut aku cantik! Lagian tak kusangka pria di jembatan malam itu tak jadi bunuh diri dan dia kuliah disini ternyata”, balasku.

“Wah…wah kalian sudah kenal rupanya. Terus siapa yang mau bunuh diri?”, tampangnya penuh keingintahuan.

“Oh nggak kokYoona ,malem itu cuma ada kesalahpahaman.Dia mengira aku mau bunuh diri,lucu ya?. Waktu itu awal pertemuan kami, tapi kita belum sempat kenalan. Kenalin aku Jung Yunho jurusan TI”,dia mengulurkan tangannya padaku.

“Aku,Jaejoong”, balasku dengan manyun. Dia malah tertawa.

“Kenapa kamu ketawa-tawa?gak ada yang lucu tau”, dia menertawaiku seolah aku bahan lelucon, padahalkan baru kenal bikin kesel aja nih orang.

“Aku gak percaya kalau kamu ini Namja. Kau bahkan lebih cantik dari Yoona ”.dia memandangiku seksama dari bawah sampai ujung rambut.

“Iya nih,temen ku terkenal cantiknya”,yoona menambahi yang membuatku semakin sebal saja.

“Terserahlah, aku mau pulang”,aku tak tahan dengan olok-olok mereka lebih baik aku pergi dari sini.

“Ya aku ikut! Yunho oppa aku duluan ya!”, Yoona permisi pamit.

“Oh makasi ya udah nganterin titipanUmmaKu! Jae kapan-kapan kita ketemu lagi ya”,dia melambaikan tangannya padaku saat jarak kami sudah agak jauh.

“Siapa juga yang mau ketemu lagi sama kamu, wek!!!”. Aku menjulurkan lidahku. Dia malah tersenyum disana. Senyum yang waktu dia tunjukkan malam itu di jembatan kemarin. Apa-apaan orang ini?

☺☺☺

Sepulang dari kampus aku langsung menunggu angkutan umum untuk ke rumah Paman Sam. Sebenarnya Key menawariku untuk dianter tapi aku tolak,aku tahu dia pasti capek karena seminggu ini mata kuliahnya sangat padat. Saat aku menolaknya tergambar wajah khawatir di rona mukanya. Dia terlalu perhatian padaku, melebihi perhatian seorang sahabat. Apa yang aku pikirkan sih?

Lamunanku terbuyarkan saat angkutan umum yang aku tumpangi telah sampai di depan gerbang sebuah rumah yang megah. Aku teringat kejadian dua hari yang lalu. Bagaimana anak itu merubah sikapnya yang kasar menjadi lunak padaku. Sempat terlintas di pikiranku, kalau mungkin ini strateginya untuk menendangku keluar dari pekerjaan ini. Berpura-pura baik, tapi ujung-ujungnya dia akan menusukku dari belakang. Mulai sekarang aku harus berhati-hati padanya. Harus sabar, hanya enam bulan. Aku harus kuat,aku meneyemangati diriku sendiri.

☺☺☺

Aku duduk bersila di kamar Changmin. Bik Inah bilang dia belum pulang sekolah. Ku nikmati saja membaca novel kesukaanku untuk menghilangkan suasana bosan karena menunggu bocah itu pulang.
Ini sudah lima belas menit tapi belum tampak sosok yang kutunggu kehadirannya.Kemana dia pergi? Bahkan camilan yang disediakan Bik Inahpun belum sempat kusentuh sedikitpun. Saat aku sedang memikirkan kemana anak itu pergi. Kudengar bunyi pintu yang dibuka oleh seseorang. Ya, Changmin sudah pulang. Tapi tunggu, wajahnya kulihat sedikit memar. Tampak dengan jelas sudut bibirnya berdarah dan beberapa lebam di bagian pelipisnya.

“Kamu kenapa?”,tanyaku khawatir.

“….”.tidak ada jawaban darinya.

“Kamu habis berkelahi ya?”,ku dekati dia dan memastikan keadaan wajahnya.

“Aku tak apa-apa”, jawabnya datar.

“Tak apa-apa bagaimana?”, aku kemudian pergi meninggalkannya mencari Bik Inah. Ku minta tolong padanya untuk mengambilkan kompres dan kotak P3K untuk mengobati luka Changmin Awalnya memang Bik Inah sempat bertanya padaku kenapa Changmin bisa terluka, ku jawab saja agar dia bertanya pada Changmin nanti secara langsung. Karena aku tak mau membuat pernyataan yang belum jelas kenyataannya , Changmin juga tadi tak mau menjawab jadi terserah padanya saja. Bik Inah juga menawarkan diri untuk mengobatiChangmin, tapi kutolak karena kurasa dia masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Rumah yang besar, capekkan.

Kuputuskan untuk kembali menuju kamar Changmin namun saat kubuka pintunya, aku kembali terkejut untuk kedua kalinya. Dia sedang mengganti bajunya, dari kemarin anak ini selalu berganti baju pada saat yang kurang tepat. Entahlah dia mau pamer atau apa. Tapi kali ini dia sudah mengganti celana panjangnya sehingga dia hanya topless sambil mengambil baju di lemari.

“Kenapa?”, aku hanya berdiri mematung di ambang pintu.

“Seharusnya kau mengganti baju di kamar mandi atau dimana kek. Kan disini ada orang. Dasar gak tahu malu”, ejekku padanya.

“Salahkan orang yang nyelonong masuk ke kamar orang lain tanpa mengetuk pintu. Lagian kenapa? Sudah kubilang kita sama-sama lelaki, kenapa musti malu?”, aku menyalahkan diriku sendiri. Dasar bodoh aku juga sih lupa ngetuk pintu. Tapi dia seharusnya mengunci pintunya saat akan berganti baju.

Ku menyadari bahwa Changmin berjalan mendekatiku masih dalam keadaan bertelanjang dada. Dengan tiba-tiba dia mendorongku hingga aku terhimpit olehnya sampai tembok. Kotak P3K dan obat yang kubawa otomatis jatuh begitu saja. Aku terpepet dan tak bisa bergerak, wajahnya mulai dia dekatkan kewajahku sehingga jarak wajah kami hanya berjarak beberapa centi saja. Kurasakan nafasnya memburu di depanku. Aku tak tahan.

“Apa yang sedang kamu lakukan bocah?”, ,ku bentak dia sambil membulatkan mataku ke arahnya,walaupun aku harus mendongakkan kepalaku karena postur tubuhnya lebih tinggi dariku.

“Hei kamu ini mau apa?”, teriakanku yang kedua tak lantas membuatnya beranjak menjauh dari tubuhku. Jantungku berdetak tak seperti biasanya,kencang sekali. Tatapan matanya yang polos berubah menjadi mata elang yang menatapku tajam. Aku masih ketakutan, apa yang akan dilakukan anak ini. Karena tak tahan, kedua tanganku lantas mendorongnya jauh ke belakang hingga ia hampir terjatuh kalau saja dia tidak mnenopang tubuhnya dengan kaki kanannya.

“Au, kau ini apa-apaan sih? Sakit tau”,dia hanya meringis kesakitan.

“Kamu masih bertanya kenapa? Sekarang aku mau tanya kenapa kau menghimpitku begitu?”, kutanyakan balik padanya. Aku tak mau berpikiran macam-macam atas apa yang dia lakukan tadi.

“Aku kan hanya mau melihat matamu saja. Warnanya indah, hitam”,jawabnya. Ya ampun alasan yang dikatakannya sungguh tak logis. Dia menghimpitku ke tembok hanya untuk melihat mataku, jawabannya kekanak-kanakan bahkan dia mengatakannya dengan tampang polosnya. Kalau ada orang yang melihat kami dalam posisi seperti itu maka mereka pasti akan berpikir macam-macam. Bagaimana tidak, dia menghimpitku,bertelanjang dada dan argggggggh……. Aku sudah tak mampu menjelaskannya lagi.

“Kamu hanya ingin melihat mataku! Apa kamu gila? Kamu membuatku berpikiran kotor tau!”, ku ambil kotak P3K yang sempat terjatuh karena insiden tadi.

“Memang apa yang kau pikirkan? Kau berpikir aku akan…….aw!”,aku menjitak kepalanya sebelum dia meneruskan kata-katanya.

“Kamu yang berpikiran mesum, sekarang kamu cepat pakai bajumu!”, dia tidak menjawab apa-apa. Huh, aku tak mau banyak berdebat dengannya. Kalian tahu ngomong sama dia tidak akan ada habisnya, banyak saja alasannya. Kulihat dia sedang menuju lemari pakaiannya dan mengambil salah satu baju kemudian memakainya. Sementara itu, aku mencoba menormalkan detak jantungku yang masih berpacu dengan cepat. Ku elus dadaku, berharap untuk membuatnya bekerja seperti semula.

“Baiklah, sekarang kamu duduk disitu!”, ku pandu dia untuk duduk di sisi tempat tidurnya.

“Mau apa? Atau kau mau itu ya? mau…….aduh!”, ini jitakanku kedua padanya. Biar dia kapok, anak ini memang tak punya otak.

“Dasar kurang ajar! Memang aku mau apa hah? Tentu saja aku mau mengobati lukamu”, ku coba berbicara setenang mungkin karena aku sudah mengeluarkan tenagaku untuk membentaknya tadi.

“Ouw, kukira mau apa. Ya maaf deh”, aku sama sekali tidak menggubrisnya. Ku ambil kantong kompres yang berisi balok es di baskom yang kubawa tadi. Ku usap ke bagian wajahnya yang memar mulai dari sudut bibir hingga keningnya yang lebam karena hantaman. Saat seriusnya mengobatinya, dia mulai menatapku lagi. Kenapa selalu begini? Aku tak betah dengan tatapannya.

“Kenapa lihat-lihat? Aku tak suka kamu memandangku seperti itu”,aku mulai angkat bicara.

“Ye suka-suka aku dong! Kalau kau marah terlihat manis ya”, kata-katanya sontak membuatku malu. Anak ini terlalu polos.

“Tapi jangan dipandangi seperti itu, risih tau”,ku ambil plester lalu menempelkannya pada keningnya yang masih agak merah karena darah.

“Oke selesai”, akhirnya selesai juga mengobati Changmin, si bocah ingusan ini.

“Makasih ya!”,dia mengatakannya sambil memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi.

“Ya sama-sama”,jawabku sekenanya.

“Ayo kita mulai belajar!”, ajaknya padaku. Benarkah yang dikatakannya, anak ini mengajak belajar. Dari ekspresinya kulihat dia mengatakannya sungguh-sungguh.

“Sepertinya hari ini kita tidak usah belajar dulu. Kamu sepertinya butuh istirahat”, aku mengatakannya karena aku tak mau belajar dengannya dengan keadaannya yang seperti itu.

“Begitu ya? Padahal ini pertama kalinya aku seantusias ini untuk belajar”, ucapan dari mulutnya membuatku tersanjung. Ekspresinya berubah menjadi murung.

“Hari Sabtu kan, aku datang kesini lagi. Dan kamu harus selesaikan masalahmu yang membuatmu seperti ini. Dan juga kamu kudu memikirkan apa yang harus kamu katakan ke ayahmu tentang luka yang bersarang di wajah itu”, kukemasi seluruh perlengkapan mengajarku diatas meja.

“Kalau itu sudah biasa, masalah ayah akan tahu tentang aksi berantemku ini sudah keseringan. Paling aku hanya dapat omelan dan uang jajanku akan dipotong karena masalah ini”, memang anak ini terkenal bandelnya. Dia bilang ini sudah biasa berarti dia sering melakukannya.

“Kamu ini sudah kelas 3 SMA, seharusnya kamu perbanyak belajarmu. Kamu kan mau ujian”, nasehatku padanya.

“Maka dari itu mulai dari sekarang aku berjanji akan berubah”,ku coba mencari keseriusan dalam kalimatnya. Terlihat sekali dia memang jujur mengucapkannya. Semoga ini pertanda yang baik.

“Oke. Aku pergi!”,aku beranjak pergi meninggalkannya. Tapi kurasakan dia mengekorku menuju keluar rumah.

“Biar aku antar!”, ucapan yang singkat tapi membuatku menghentikan langkahku yang sudah sampai di teras rumah.

“Tidak usah! aku pulang sendiri saja. Sepertinya ini mau hujan, jadi aku harus cepat-cepat pulang”, ku coba cari alasan agar aku tak berlama-lama di tempat ini walaupun sebenarnya memang akan hujan.

“Bagaimana kau tahu? Ini kan cerah sekali”, dia mendongakkan kepalanya menatap langit yang masih cerah.

“Hari ini panas sekali. Kalau cuaca sangat panas seperti ini akan memudahkan air laut menguap dan terjadilah hujan. Lagi pula aku mencium bau air hujan, jadi tak mungkin tebakanku salah”, aku seperti seseorang yang sok tahu. Tapi bagaimanapun juga tebakanku tentang hujan tidak pernah meleset,Keypun mengakui itu. Dia bahkan menyarankanku untuk jadi peramal cuaca. Ha ha ha…..(ketawaku memang maksa)

“Aku tak mencium bau apa-apa”, dia mengenduskan hidungnya mencoba mencium bau yang kukatakan tadi. Ada-ada saja anak ini.

“Hidungmu berbeda dengan hidungku. Penciumanku ini sangat tajam, jadi jangan mencoba melakukan hal yang aneh seperti itu”, aku mencoba melarangnya karena aku tak mau melihat anak yang tampan ini mengendus seperti babi. Apa? Apa aku tadi bilang kalau dia tampan?

“Oh, kalau tahu hujan kenapa kau tak mau kuantar?”, dia sepertinya tak menyerah untuk menawariku.

“Sudah kubilang kamu itu butuh istirahat yang cukup. Sudah, aku mau pulang jangan menahanku untuk berlama-lama disini”, aku segera meninggalkan tempat itu tanpa menoleh kebelakang. Aku tak mau melihat senyumannya. Ye, aku ge-er sekali kalau dia tersenyum saat aku pergi.

☺☺☺

Kulirik layar hape-ku yang menunjukkan kalau sekarang sudah pukul 18.12. Huh, sudah satu setengah jam lamanya aku menunggu bus disini, tapi bahkan satupun tak kutemui bus-bus itu lewat..

uh ….dingin sekali.
Setelah melalui beberapa pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki. Yah sebenarnya kalau berjalan kaki dari sini memakan waktu 45 menit. Seperti saat kos waktu SMA. Dulu karena kos terdekat dengan sekolahku sudah penuh,aku hanya mendapatkan kos yang jaraknya lumayan jauh. Alhasil setiap pagi aku harus jalan kaki jika berangkat sekolah. Waktu itu hanya memakan waktu 30 menit. Sebenarnya bisa sih naik angkutan umum, tapi aku menolak kemudahan itu karena aku ingin menabung uang transportku. Dasarnya saja otakku pengen selalunya irit.

Duh, semoga saja hujannya tak turun sebelum aku sampai kekosan. Aku mempercepat langkahku agar sampai. Kalian pasti bertanya kenapa tak ada kendaraan lain selain bus dan angukutan umum disini. Ya, karena ini jalan sempit. Jarang sekali taksi yang lewat kesini, bahkan kalau adapun aku pasti menahan pemikiranku untuk naik kendaraan itu karena aku tak mau buang-buang uang. Tentang angkutan umum, malam hari mereka tak narik.

Dan soal bus yang kutunggu, entahlah baru kali ini aku menunggu bus selama ini.
Aku melupakan sesuatu. Kurogoh saku celanaku, kupencet tombol navigasinya tapi mendadak hape-ku lowbet. Oh sial, disaat aku punya inisiatif untuk menelpon salah satu temanku, tapi hape busuk ini tak bisa diajak berkompromi(Kamu pikir itu barang hidup). Walaupun awalnya aku mengurungkan niatku untuk menelpon chunie, karena aku bukan tipe orang yang mau merepotkan orang lain. Tapi disaat genting seperti ini, aku harus meminta bantuannya. Tapi apa nyatanya, aku jatuh dalam lubang kesialan.
Aku sudah sampai setengah jalan tapi butiran air turun dari langit. Huh, ini sudah gerimis. Akupun segera mempercepat langkahku kembali, kupayungi kepalaku dengan tas punggungku. Gerimis seperti ini tak akan bisa menghentikanku.

Tapi sepertinya hujan tak mau bersahabat denganku. Gerimispun berubah menjadi deras tak terkendali, anginnya kencang pula. Ku lihat sisi kanan maupun kiri. Sepertinya aku sudah jauh dari keramaian, hanya pohon dan sedikit penerangan di tempat ini. Tempat berteduhpun tak kutemui, daripada aku harus berlindung dari derasnya hujan dengan berteduh di bawah pohon yang tetap saja tak akan bisa menahan tetes air membasahi badanku. Aku memaksakan diriku untuk tetap berjalan menerobos hujan ini. Tak terasa tubuhku menjadi lemas dan pusing. Aku sudah tak kuat berjalan.

.

.

.Tiba-tiba saja tubuhku ambruk.

Bruuuuuk!

☺☺☺

Aku merasakan dingin sekali dikepalaku tepatnya di dahiku. Kuraih benda yang diletakkan di dahiku. Ternyata aku sedang dikompres. Sungguh mata ini sangat berat sekali untuk kubuka. Aku masih sedikit pusing dan lemah. Tapi tunggu, dimana ini?. Aku menyadari bahwa aku sedang tidak berada di kamar kosku. Tempat apa ini? Tempat tidur yang empuk, barang-barang yang disinipun sangat mewah.

Salah jika diriku menebak ini rumah sakit. Sebenarnya aku ini ada dimana? Jam dinding kamar ini menunjukkan pukul enam pagi.
Aneh, tak mungkin aku berganti pakaian sendiri. Saat ini aku memakai baju yang berbeda dengan kemarin malam. Ada yang mengganti bajuku. Ku coba menyibakkan celanaku sedikit, dan untunglah celana dalamku tak diganti.

“Tenang saja CD-mu tak ku ganti. Awalnya aku berpikiran untuk menggantinya karena basah tapi aku biarkan saja. Toh nanti kalau aku menggantinya kamu akan berpikiran macam-macam tentangku”, sosok yang tengah menjelaskan itu masuk dan menghampiriku dan membawakan nampan makanan.

“KamuYunho? Dimana aku?”,aku sungguh sangat terkejut sekali dengan sosoknya.

“Ya, kamu ada di apartemenku. Kemarin malam aku lihat kamu tergeletak pingsan di jalanan yang sepi. Karena aku tak tahu rumahmu jadi aku bawa saja kamu kesini”, jelasnya. Oh shit, aku malu sekali. Dia bilang ini apartemennnya, ini apartemen yang sangat mewah untuk penghuni yang masih seorang mahasiswa. Aku tak ragu lagi kalau dia anak orang yang berada.

“Oh, begitu. Aku minta maaf ya menyusahkanmu. Kemarin aku nekad menembus hujan deras karena tak ada kendaraan yang lewat”, aku sungguh tak tahu harus bilang apa.

“Seharusnya kamu bilang terima kasih”, dia menempelkan punggung tangannya di keningku. Oh, aku tak bisa mengungkapkannya. Terasa nyaman sekali saat dia menyentuh keningku seperti saat ini.

“Ya, terima kasih banyak”, aku hanya menurut untuk mengikuti perkataannya. Karena aku tak mau dicap sebagai orang yang tak tahu diri.

“Sepertinya demammu sudah turun. Sebaiknya kamu makan dan segera minum obat!”,dia menyodorkanku nampan berisi bubur, minuman dan beberapa obat-obatan kemudian dia beranjak pergi.

Setelah menyelesaikan acara makanku, aku berniat untuk membawa nampan ini kedapur. Karena bukan rumah sendiri, jadi aku masih clingak-clinguk mencari tempat itu. Sesudah aku memastikan kalau aku sudah berada di dapur aku berinisiatif untuk mencucinya.

“Apa yang kamu lakukan?”, dia membuatku kaget.

“Aku Sedang mencuci mangkok dan gelas saat aku makan tadi”, aku mencoba menjawab dengan ramah. Tak elegan jika aku berkata judes saat pertama kali bertemu.

“Tak usah! kamu kan lagi sakit, biar aku yang mengerjakannya. Lebih baik kamu istirahat saja!”, dia mengambil alih kegiatan mencuciku.

“Aku tak mau menjadi orang yang tak tahu diri”,tegasku padanya. Kemudian ia torehkan tatapan matanya padaku.

“Kamu ini apa-apaan sih. Aku tak menganggapmu tak tahu diri dan merepotkanku. Justru aku malah senang dengan kamu yang saat ini berada disini. Aku ingin akrab denganmu apa itu tak boleh? Apa itu membuatmu merasa tidak nyaman?”, aku menjadi merasa bersalah sekarang.

“Uhm, maaf”, hanya itu yang dapat kukatakan sambil menundukkan kepalaku.

“Kenapa dari tadi kamu hanya bilang maaf saja. Bersikaplah biasa denganku seperti saat kita pertama kali bertemu”, aku hanya melongo mendengarkan perkataannya.

“Baiklah”, aku hanya tersenyum kecut.

“Kau manis kalau tersenyum!”. Ini kedua kalinya aku disebut manis setelah Oscar yang mengatakannya kemarin. Kalian tahu mukaku mudah bersemu merah jika orang mengatakan hal semacam itu. Ku sadari bahwa aku merasa kehilangan sesuatu dan kuingat itu adalah ponselku. Kucoba rogoh celanaku tapi bodonhnya aku setelah sadar kalau yang celana yang kupakai sekarang bukan celana yang kukenakan kemarin malam.

“Kamu cari hape ya?”, Yunho yang menyadari kepanikanku pun bertanya. Aku mengangguk.

“Kemarin hape-mu mati , entah itu karena lowbet atau rusak karena basah. Jadi, aku chase saja. Sepertinya kemarin kamu mau menghubungi seseorang tapi hape-mu keburu mati ya? Itu aku taruh di stop kontak dekat dengan TV di ruang tamu!”, Yunho sepertinya tahu tentang kejadian tadi malam, tentang hape-ku yang tidak bisa dipakai untuk melakukan panggilan.

“Iya. Dimana ruang tamunya?”, aku lupa arahnya padahal tadi saat mencari dapur aku melihat ruangan itu. Tapi aku tak mungkin bisa menemukannya lagi, mengingat apartemennya sebesar ini.

“Kamu tinggal belok kiri aja lalu terus jalan!”, terangnya padaku.

“Makasih”, aku segera berlari kecil tak sabar mengambil benda kecil kepunyaanku.

Ku coba hidupkan kembali ponselku.Syukurlah, ternyata masih idup. Ku amati layar ponselku ada beberapa panggilan yang masuk dan itu semua dari Chunie, pasti anak ini khawatir padaku karena belum pulang walau sudah malam. Ku buka satu persatu pesan yang ada disitu pula, tertera nama Junsu dan Yoona yang sebagian besar mengirimkan pesan tak penting dan beberapa pertanyaan tentang mata kuliah yang belum mereka pahami. Dari semua pesan ada pula pesan dariYoochun, ada 3 pesan. Kurang lebih pesannya seperti ini.

‘Jae, kok belum pulang sih. Aku sendiri nih’, aku sempat tersenyum melihat pesan ini. Emang aku haru nemenin dia agar tak sendirian. Kemudian aku baca pesan kedua.

‘Jaejoong, ini udah malam hlo, ujan lagi. Atau mau aku jemput? Jawab telfonnya dong!’, Jae sepertinya benar-benar khawatir padaku. Emang aku istrinya apa? Lagian apa-apaan aku ini. Aku terdengar seperti berharap akan hal itu. Kulanjutkan membaca SMS ketiga.

‘Jae cepet pulang! Aku kangen kamu’

Ya ampun! Aku shock membacanya..

.

.

.

Tbc….

Ya huft Chapter III Akhirnya selesai…. Lanjut ke Chapter IV

[YunJae] Black Roses Petals – Chapter II

[YunJae] Black Roses Petals – Chapter II

Annyeong…..

Title::Black Roses Petals

Author:Joy-Wiliam

Raiting::Pg 13

Length::Romance,Angsat,humor

Main Charater::

1.      Kim Jaejoong

2.      Jung Yunho

3.      Kim Junsu

4.      Park Yoochun

5.      Shim Changmin

6.      Choi Siwon

7.      I m Yoona

Chapter II

Pov Of Kim Jaejoong

Kucoba buka perlahan mataku, tanpa kusadari hari ini aku bangun pukul 04.00. Lebih awal satu jam dari biasanya. Hem, entah mengapa hari ini aku begitu semangat sekali, mungkin terlalu senang karena sudah mendapatkan kerjaan sampingan yang kurencanakan, mungkin.Entahlah, karena aku tidak biasanya bangun sepagi ini, kuputuskan untuk berlari pagi disekitar kos saja.

Ku buka lemari bajuku dan mengganti pakaian tidurku dengan kaos olahraga berlengan panjang beserta celana training berwarna hitam dengan corak putih. Hem sepertinya sudah siap, saatnya berangkat. Tak lupa ku kunci pintu kosku supaya tidak ada pencuri yang masuk. Karena aku tak mau terjadi musibah yang sama seperti penghuni sebelah, seminggu yang lalu dia kecuriaan barang-barang berharganya seperti laptop dan dompet. Padahal dia hanya meninggalkan kamarnya untuk cari makan di kedai sebelah yang jaraknya hanya 20 langkah itu. Sebenarnya salah dia juga sih, mentang-mentang kedainya deket dia lupa mengunci pintunya. Yah saat ini saja aku tak tahu bagaimana keaadannya sekarang, karena 3 hari yang lalu dia pulangkerumah. Mungkin, pengen ngadu ke ortunya kali.

 Whatever. Kualihkan pandanganku menuju kamar yang hanya dibatasi dua kamar sebelahnya. Eh sepertinya Chunie belum bangun. Mungkin ini rekor untukku karena bisa bangun lebih pagi darinya. Para penghuni kos tahu kalau dia paling rajin bangun. Bahkan dia dijuluki si Mr. Dilligent.

Kuedarkan penglihatanku ke gang-gang kos disini. Hem, masih sepi, penghuninya masih pada molor. Ya iyalah ini kan lingkungan kos cowok. Rata-rata dari mereka adalah pekerja kantoran. Mungkin saja mereka butuh istirahat yang cukup untuk bekerja, karena tidak jarang sebagian dari mereka pulang larut malam karena lembur.
Sepertinya ini sudah cukup, peluhku sudah banyak keluar dari pori-pori kulitku pertanda aku harus finish sampai disini. Akhirnya kuputuskan untuk kembali saja karena aku harus bersiap-siap untuk kuliah.Kulewati jembatan itu lagi. Aku teringat kejadian tadi malam. Seorang lelaki yang kukira mau bunuh diri karena putus cinta. Entahlah, terakhir kali dia tersenyum kearahku malam itu. Tapi tetap saja, waktu itu aku takut kalau-kalau dia lelembut tempat ini.Karena orang ini pintar mengubah ekspresi mukanya hanya dalam waktu sekejap. Hiii, jadi serem mengingatnya. Buru-buru aku meninggalkan tempat yang membuat bulu kudukku mulai merinding itu.

“Selamat pagi!”, aku menyapa Chunie yang rupanya baru keluar dari kamarnya.

“Pagi juga, ini jam berapa? Kok tumben bangun jam segini?”, tanyanya sambil mengucek matanya yang masih belum terbuka sepenuhnya itu. Tentu saja matanya kan sipit(agak). Lalu dia mulai meletakkan gagang kacamatanya itu dikedua punggung telinganya.

“Gak tahu, hari ini ngerasa bahagia saja seperti ada satu juta kilovolt listrik memenuhi tubuhku”, jawabku sumringah.

“Oh, terus kemarin kamu pulang jam berapa? Sepertinya kamu pulang malam ya?, ungkapnya menebak.

“Jam sebelasan lah, emang kenapa? Kamu nungguin aku ya? Hayo,kangen”, aku mencoba menggoda dia. Kulihat mukanya muncul semburat rona merah. Hah, ni orang kenapa sih.

“Ngaco kamu! Aku cuma khawatir saja, kalau kamu pulang kemalaman kan nanti bisa-bisa diperkosa preman”, hah dia khawatir. Tapi aku tak terima dengan kekhawatirannya tentang aku yang akan diperkosa preman jika pulang kemalaman. Dia pikir aku seperti wanita yang akan membuat preman-preman mengeluarkan air liurnya melihat pesonaku.

“Kau pikir aku apa, hah? Perawan cantik yang menggiurkan preman jalanan”, dia terkekeh geli mendengar ucapanku. Akhirnya Chunie mendapat satu jitakan dariku. Dia meringis kesakitan setelahnya.

“Yack,apa-apaan kau ini, sakit tau. Aku baru bangun tidur sudah mendapatkan jitakan darimu. Kau tahu isi kepala ini sangat berharga. Dan ku kasih tau lagi, kau bukan perawan cantik tapi perjaka cantik, ha ha ha”, satu bahakan, tidak, mungkin seratus bahakan keluar dari mulutnya.

“Aish jangan tertawa lagi. Atau kamu mau aku jitak lagi, hah!”, ancamanku sukses membuatnya terdiam.

“Iya iya, jangan marah dong nanti cantiknya hilang”, dia mulai mengejekku lagi.

“Sudah, malas aku ngomong sama kamu. Sangat menyebalkan!!!!”, aku pergi meninggalkannya untuk mandi.

Saat ini aku, junsu,Yoona dan Yoochun sedang berada di kantin kampus.

“Jae Hyung, kamu nanti kerumah paman sekitar jam satu yah!”, Junsu mengingatkanku untuk tidak lupa kerumah pamannya, tentu saja ini hari pertamaku mengajar.

“Oke, nanti anter aku ya. Soalnya lupa jalan kerumahnya. Besok-besok pasti aku berangkat sendiri deh. Please!”, melasku. Karena memang aku lupa jalan.

“Wani piro?……..Bercanda deh, iya apa sih yang nggak buat kamu”,Huh, mulanya aku sempat cemberut atas pernyataan awalnya tapi saat dia bilang ‘apa sih yang nggak buat kamu?’. Aku jadi salting sendiri. Guyonnya buat aku malu sendiri, dia kira aku pacarnya apa?,

“Apa sih yang kalian bicarakan, aku nggak ngerti nih?”, tanya Chunie penasaran.

“Makanya kemarin ngumpul dong ama kita-kita”, timbrung Yoona yang sedari tadi diam saja.

“Ye, kemarinkan aku ada ujian”,alasannya. Memang Chunie beda jurusan dengan Aku, Junsu dan Yoona. Aku,Junsu dan Yoona di jurusan teknik fisika sedangkan Chunie di jurusan yang paling tinggi yaitu kedokteran. Chunie memang anak orang kaya seperti Junsu tapi dia lebih memilih hidup mandiri dengan memilih untuk menyewa kos dan jauh dari orangtuanya.

“Gini, sekarang Alfa jadi guru privet buat sepupuku”, jelas Junsu.

“Kok, nggak bilang-bilang sih. Nanti kalau makan siang aku bareng sama siapa coba? Kalau pulang juga sendiri. Aku kesepian banget tau”, dia seperti anak kecil saja. Diakan bisa sendiri, secara dia pake motor sedangkan aku tak punya kendaraan. Hidupnya kan enak kenapa harus dibuat sulit.

“Ya elah, emang aku pacarmu yang harus menemanimu setiap waktu”, kata-kataku membuat mereka semua menatapku.

“Ide yang bagus”, dia mengatakan itu tanpa dosa. Apa dia tak malu?. Sementara Junsu dan Yoona hanya bercie cie ria. Dasar !!!!

Inilah tempatnya, akhirnya Andre sampai juga mengantarkanku ke tempat pamannya. Andre menyuruhku segera masuk dan berlalu pergi. Hem, kulangkahkan kakiku didepan pintu. Sungguh aku sangat gugup, ini pertama kalinya aku mengajar. Dan yang paling membuatku takut, cerita tentang anak nakal yang bernama Oscar itu. Semoga saja kekhawatiranku tidak menjadi kenyataan. Karena sebelum ini aku sudah bertekad akan membuat anak itu patuh padaku.

Ting tong……….. ting tong…….

Pintu terbuka, kulihat bik inah tersenyum kepadaku.

“Eh,Tuan Jaejoong. Mari masuk! Tuan Jaejoong tinggal masuk saja ke kamar atas paling tengah, disitu kamarTuan Changmin. Bibik mau buatin minum dulu”,terangnya. Aku tertawa dalam hati,.

“Tunggu bik, Paman Sam kemana ya?”, bibik menghentikan langkahnya saat akan pergi. Aku penasaran karena rumah ini sangat sepi padahal rumah ini besar sebesar istana.

*‘huh author mulai lebai lagi deh’

“Oh, Tuan Besar lagi Kekantor. Pulangnya kan malam, kemarin siang beliau ada karena lagi gak enek badan dan pulang lebih awal”, aku hanya mengangguk pertanda mengerti.

“Silakan aden keatas! Tuan Changmin sudah menunggu”,perintahnya.

Aku menapaki tangga ke tempat bocah itu berada. Jantungku dag dig dug tak karuan karena gugup. Perlahan ku ketuk pintunya tapi tak ada respon.

Kucoba ketuk untuk kedua kalinya tapi nihil tak ada sahutan sama sekali. Karena sudah kesal akhirnya dengan hati-hati kuraih gagang pintu dan menariknya. Pintu mulai terbuka, betapa terkejutnya aku disuguhi dengan pemandangan yang bisa membuat aku pingsan. Oh my god !!!!!!.

.

.

.

.

.

Glek!!!Sekarang aku mematung. Bagaimana tidak? Di depan mataku sendiri aku disuguhi pemandangan yang sangat erotis. mana yang tidak akan menelan ludah jika melihat seorang Namja yang tengah bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer saja. Aish sepertinya anak ini sedang berganti baju. Aku tak akan bisa tahan dengan situasi ini. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi. Aku mengucapkan kata yang semestinya kuucapkan.

“Maaf”, kemudian aku menutup pintu kembali. Ya ampun! Badanku menjadi panas dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Ah, kenapa anak ini tak meresponku saat kuketuk pintunya tadi. Yang jelas ini bukan salahku dong. Huh, untung tadi aku segera keluar dari tempat itu. Pasalnya aku tidak bisa menyembunyikan mukaku yang sudah bersemu merah akan kejadian tadi. Pintu kembali terbuka, terlihat wajah tanpa dosa itu lagi.

“Masuklah!”, perintahnya tanpa menekankan nada marah atau kesal.Hi, anak ini sepertinya tak mempermasalahkan kejadiaan tadi. Dari suaranya yang biasa-biasa saja itu membuatku berpikir seperti itu. Malah aku yang menjadi serba salah.

“Eh, masalah yang tadi, aku minta maaf tidak disengaja. Kamu sih kuketuk pintunya tapi nggak ada balasan”,kujelaskan supaya dia tidak berburuk sangka denganku. Matanya kemudian memandangku tajam sekilas hingga akhirnya mata kami beradu pandang. Anak ini benar-benar membuatku salah tingkah jadinya.

“Gak apa-apa kok! Tadi aku hanya gak dengar saja karena lagi pakai earphone. Lagian kan kita sama-sama Namja, kenapa mesti malu?”, aku lega mendengar penuturannya. Tapi bagaimana mungkin dia memakai earphone sambil mengganti bajunya, kegiatan yang membuatku menjadi curiga. Hei mungkin saja dia melakukan phonsex. Mungkinkan?. Tapi aku tak mau memikirkannya, yang penting dia tidak mempermasalahkan kejadian tadi. Aku mencoba bersikap biasa agar dia tidak terlalu terlihat curiga balik padaku.

“Ya, he he. Oh ya, perkenalkan namaku Kim Jaejoong. Kamu boleh panggil aku Jae Hyung saja. Disini aku diutus untuk jadi guru privet kamu untuk menghadapi ujian yang sebentar lagi”, aku mencoba memperkenalkan diri dengan sopan. Tapi aku mulai merasa grogi lagi, anak ini kembali menatap lekat-lekat aku. Apa dia tidak tahu kalau aku tersiksa melihatnya,

“Oh!”, ya ampun aku sudah niat memperkenalkan diriku tapi dia hanya mengatakan kata oh. Anak ini mulai menunjukkan keacuhannya padaku bahkan dia tidak mempersilakan duduk padaku. Alhasil dengan inisiatif sendiri aku duduk di karpet yang sudah disediakan meja ditengahnya. Sepertinya memang tempat itu sudah dipersiapkan untuk hari ini. Aku tidak peduli dia berpikir apa tentangku, kurang sopan atau apalah yang seenaknya sendiri duduk tanpa izin sang empunya.

“Baiklah, kalau begitu mari kita mulai pelajaran hari ini. Kamu mau belajar apa dulu?”, kucuba bersikap halus dulu padanya. Kemudian dia berpindah tempat menuju kearahku dan mulai duduk bersila.

“Terserah”, hanya itu yang keluar dari mulutnya. Karena sedari tadi dia hanya menggunakan kalimat yang singkat-singkat. Sehingga aku harus berinisiatif sendiri untuk mencairkan suasana yang tegang ini.

“Baiklah mungkin kita mulai dari pelajaran yang tidak kau sukai. Boleh tau?”, aku mulai berbicara seperti guru yamg bijak.

“Ehm, pelajaran yang tidak kusukai matematika tapi aku selalu mendapatkan nilai yang baik jadi tidak perlu memulai dengan pelajaran itu”, aku mengangguk.

“Baiklah, kalau begitu pelajaran yang kau anggap sulit. Bagaimana?”, tanyaku memberi saran.

“Sebenarnya bagiku tak ada pelajaran yang menurutku sulit. Kau tahu sebenarnya aku ini pintar bahkan IQ-ku saja 142, angka yang fantastis kan?. Aku hanya malas saja mengerjakan soal-soal yang membosankan itu, dan aku tidak perlu les maupun pelajaran tambahan. Apalagi harus belajar dari seorang guru yang umurnya hanya satu tahun diatasku. Kau pikir kau lebih pandai dariku?”, sombongnya yang memperlihatkan bahwa dia masih berpikir seperti anak-anak. Akupun sebenarnya mulai geram dengan tingkahnya yang childish itu.

“Dengar ya bocah, walaupun kau ini pintar atau apalah tapi kenyataan yang menunjukkan kalau nilaimu memang buruk dimata ayahmu. Disini aku akan membuatmu untuk tidak bosan dan malas mengerjakan soal-soal itu. Sekarang karena pelajaran yang tidak kamu suka, kamu bisa kerjakan dan tak ada pelajaran yang kamu anggap sulit, sekarang kita mulai dengan pelajaran dengan nilai yang buruk. Dari pembicaraanku dengan ayahmu kemarin, nilaimu jeblok di fisika dan bahasa Inggris. Yang kubawa sekarang adalah soal-soal Fisika, jadi hari ini kamu kerjakan ini semua. Mengerti!”, aku mulai menyerahkan tumpukan soal padanya dan berusaha mengulas senyum dengan tatapan licikku.

“Kenapa aku harus mengerjakannya? Kau disini disuruh untuk mengajarku bukan untuk mengerjakan soal-soal yang memuakkan ini”, protesnya keras yang membuatku semakin geram tapi aku mencoba menahannya.

“Dengar ya, aku hanya mau tahu seberapa kemampuanmu. Kau bilang kau ini pintar maka buktikan sekarang juga”, dia hanya pasrah menerima tumpukan soal-soal itu. Anak baik, mudah sekali menaklukkannya. Dia menghentikan niatnya mengerjakan soal-soal itu dan kembali memandangku.

“Bagaimana kalau aku bisa mengerjakan semuanya. Apa kau mau angkat kaki dari sini? Karena dengan ini sudah membuktikan bahwa aku tidak perlu les pvriet bodoh ini lagi. Bagaimana?”, dia mulai mengatakan suatu tantangan padaku. Baiklah aku terima, lagian mana mungkin dia mengerjakan soal yang tingkat kesulitannya sama dengan soal mahasiswa itu.

“Oke, tapi kalau kamu tidak bisa mengerjakannya maka kamu harus mematuhi perkataanku, mau kuajar dan jangan mencoba untuk mengerjaiku”, ku jajal memberikan perjanjian jika dia kalah. Tentang perjanjian terakhir aku hanya berjaga-jaga agar dia tidak menggangguku selama mengajarnya. Dia kan terkenal jahil dan usil. Dia mulai berpikir sebentar.

“Deal!”, akhirnya kau terjebak juga, lihat saja nanti. Bik Inah masuk memberikan minum dan melenggang pergi.

Waktu 45 menit berlalu. Sekilas kulihat dia menggaruk-garuk kepalanya. Itu membuktikan kalau memang dia kesulitan mengerjakannya. Ha ha ha, aku tertawa dalam hati. Sekarang tau rasa, sok kepinteran sih.

“Apa-apaan ini. Kau ini memberikan soal yang tidak bisa dikerjakan”, dia mulai protes lagi. Anak ini memang tidak bisa diam, mengganggu aku yang sedang membaca buku saja.

“Kalau kamu memang tidak bisa ya bilang saja nggak usah alesan gitu”, pekikku tak kalah keras. Aku tak mau kalah dengan suara bassnya itu. Kulihat dia menekukkan mukanya, sambil mengumpat sendiri. Emang aku pikirin.

Lima belas menit berlalu. Memang aku memberikannya waktu satu setengah jam untuk mengerjakannya dan sekarang tinggal 30 menit yang tersisa. Dia tiba-tiba angkat bicara.

“Baiklah, aku menyerah. Kau menang”, dia mengibaskan bendera putih(itu hanya perumpamaan aja, dia gak akan mencari bendera warna putih untuk itu) kepadaku pertanda menyerah.

“Baiklah sekarang kamu menurut padaku, mana yang menurutmu sulit?”, aku menempatkan diri kesampingnya. Wajah kami semakin dekat tapi aku tak mempedulikannya.Kemudian ia menunjuk kearah soal itu, entahlah bagaimana tatapannya sekarang aku tak mau salting lagi.

“Ini caranya begini,bla…bla…bla”, jelasku panjang lebar. Ku torehkan mukaku kearahnya kulihat wajah tampannya yang terus memandangku. Apakah sedari tadi dia menatapku seperti itu karena saat aku menjelaskan tak ada reaksi sedikitpun darinya. Sekarang kami beradu pandang, matanya mulai masuk ke manik mataku seakan menarikku dalam jeratannya. Karena tak tahan dengan tatapan itu aku mulai jengah dan membuka suara.

“Hei, kamu sebenarnya memperhatikanku tidak? Jangan melamun disini”, dia terlonjak kaget. Lucu, saat melihat tampang terkejutnya.

“Ah,iya iya”, dia terdengar terbata-bata menjawabnya.

Tak terasa kami menghabiskan waktu 2 jam untuk belajar. Akhirnya kuputuskan untuk membereskan perlengkapan mengajarku. Kalian tahu, aku merasa selama aku mengajarnya dia menatapku terus., Halah, mungkin ini perasaanku saja.

“Untuk hari ini sepertinya cukup. Hari Kamis aku kesini lagi”, saat aku mulai pergi meninggalkan kamar itu, dia berjalan mengikutiku dari belakang.

“Biar kuantar sampai kedepan!”, kalimat yang baru saja ia ucapkan membuatku menghentikan langkahku sejenak. Ku berbalik menghadapnya menatapnya lekat. Aku mau lihat ekspresinya, apakah benar ia baru saja mengucapkan kalimat itu. Tapi yang kudapati saat memandangnya, ia malah tertunduk malu. Dasar anak aneh, lucu juga sih. Kalian pasti akan tertawa jika melihat ekspresinya itu. Tapi bagaimana mungkin, ia berubah 180 derajat dari sikap awalnya. Aku hanya tersenyum kearahnya menunjukkan kalau aku dengan senang hati mau diantar sampai ke depan rumah. Tapi aku tetep harus waspada, jika nanti-nanti anak ini berniat jahat padaku.

Sampai di depan pintu rumahnya tak kudapati ada gerak-gerik yang mencurigakan dari dirinya. Ia malah bersikap biasa saja, seperti seorang tuan rumah yang mengantarkan kepergian tamunya.

“Sampai ketemu lagi ya!”, Min~ie tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku. Hah, akhirnya aku mulai mau menyebut nama anak itu. Sekilas terlihat senyum yang menghiasi bibirnya. Ternyata anak itu sangat tampan kalau ramah. Semoga saja ini bukan pertanda buruk. Karena perubahan sikapnya tadi mengkhawatirkanku pada kepura-puraannya yang akhirnya berujung pada kejahilannya. Semoga saja tidak. Aku membalas melambaikan tangan kearahnya dan tak lupa kusunggingkan senyum termanisku pula. Aku mulai berjalan pergi meninggalkanya untuk pulang.

[YunJae] Black Roses Petals – [Introduction + Prolog]

 

[YunJae] Black Roses Petals – [Introduction + Prolog]

 

Annyeong……

Perkenalkan joy wiliam senang bertemu dengan kalian semua..X),Ini sebenarnya adalah ff aku yang ke-2 .Sebelum ‘I Can Certainly Believe’ Tapi sayangNya saat menulis ff Ku yang pertama FalshdisckKu hilang(padahal 40 mb dan isinya data-data pribadiKu seperti ff yang aku Buat Hilang semua..T.T) dan yang paling menyedihkan Laptop Aku Hancur gara2 Tabrak Lari. T.T *poor me..

Tapi gak apa-apa anggap saja cobaan dari Jesus.Hal-hal yang hilang anggap aja masa lalu….:) *oky gk penting..

Title :: Black Roses Petals

Author::Joy_wiliam

Raiting::Pg

Length::Romance,humor,agsat

Mian Charater::

  1. Kim Jaejoong
  2. Jung Yunho
  3. Kim Junsu
  4. Park Yoochun
  5. Shim Changmin
  6. Choi Siwon
  7. Yoona

Sebagai Prolog awal ,aku kasih pengenalan para tokoh:

1)    Nama:Kim Jaejoong

Umur:18 Tahun

Pengenalan:Namja manis,cantik,suka sekali membawa bunga mawar karena ia yakin bahwa bunga maar akan membawa keberuntungan,Tapi dibalik sosok nya ia Pendiam(jika ia tidak kenal orang tersebut),Cerewet,egois,pemarah,pelupa dan mandiri.

2)    Nama:Jung Yunho

Umur:18 tahun

Pengenalan:Namja tampan,cool,pemain basket,Playboy tapi dibali sosok nya ia orang yang murah senyum,pendiam,serta orang yang dapat mengubah experesi wajah dalam hitungan detik.

 

3)    Nama:Kim Junsu

Umur:18 tahun

Pengenalan:Namja manis sahabat dari Kim Jaejoong yang selalu membuat lelucon yang lucu dan orang yang kocak serta pandai,Kaya,Kadang2 menyebalkan.

 

 

4)    Nama:Park Yoochun

Umur:18 Tahun

Pengenalan:Namja tampan 1 Kost dengan Kim Jaejoong yang orang nya baik hati tidk sombong,murah senyum,pandi,disiplin,tajir,mandiri,

 

5)    Nama:Shim Changmin

Umur:17 tahun

Pengenalan:Namja satu ini tampan,cool,sedikit berandal,jail.dia anak sma yang pemalas karena kejeniusan yang melebihi otak normal manusia.

 

 

Black Roses Pentals Chapter 1..

 

Pov of Kim Jaejoong..

 

. Do not be sad if I’ll get another lover
What is more perfect than you are sure I forgot
Really you must regret your decision today
Tuk left me, let me go no turning back.

“Jae, basakah kamu menghentikan senandungmu itu, hari ini ada kuliah pagi dan ada tes!”, sebuah suara mengagetkanku dibalik daun pintu.

“Ya, aku menyanyi toh tidak akan memperlambat kecepatanku untuk bersiap-siap kan?”, aku mencoba membela diri karena setiap hari dia selalu ribut setiap akan berangkat kuliah. Memang sih, aku tak tau diri sudah nebeng masih saja berkilah.

“Ya, cepetan makanya ini aku hampir telat. Jam kuliahmu kan beda denganku, tentu saja kamu tidak akan segalau aku ini”,

Aku tersenyum memaklumi kalau sifatnya dari dulu selalu rajin, dulu saja dia selalu datang lebih awal waktu SMA. Ya,Yoochun adalah temanku sewaktu bangku SMA. Dia orang yang selalu tampil sempurna dimataku dan dimata orang lain. Beruntung juga punya teman seperti dia, dia tampan,pintar dan banyak teman. Dia juga tinggi dan berkulit putih sama seperti diri Ku serta mata sipitnya(agak munkin) yang bersembunyi di balik kacamatanya menambah pesonanya. Dia juga tahu tentang rahasiaku sebagai seorang kaum yang menyimpang.

Tapi jangan berpikir kalau kami mempunyai hubungan khusus selain sebagai teman. Karena setahuku dia memang straight. Aku sangat beruntung memiliki sahabat yang mau menerima kelebihan dan kekuranganku.

“Oke kamu tunggu aja diluar ! ni sebentar lagi juga beres kok.”, aku menginterupsinya mencoba menenangkannya karena sikapnya yang berlebihan tentang kuliah paginya. Bagaimana tidak, ini saja baru jam 07.30 pagi sedangkan kuliahnya dimulai 1 jam setelah itu.

Setelah perlengkapan kuliah sudah selesai kukemasi, aku segera melenggang keluar meninggalkan kamar kosku menuju Chunie yang menungguku di luar. Tanpa menunggu interupsinya aku segera diboncengnya dan melesat menuju kampusku yang sangat sangat jauh. * Lebay, padahal jaraknya hanya 80 meter dari kos.
☺☺☺

Sesampainya di pelataran kampus ku tengok dua makhluk yang berjalan melewati koridor yang melambaikan tangannya kearahku. Bercanda maksudnya dua temanku yang lainnya yaitu Junsu danYoona.

Mereka adalah teman baikku selainYoochun, kalian tahu kenapa sebab mereka juga tahu jati diriku sebagai kaum yang menyimpang. Mereka mau bersahabat denganku tanpa ada rasa jijik sekalipun, bahkan mereka pernah mencarikan jodoh untukku.Tapi usaha mereka tidak berhasil karena terakhir kali aku dikenalkan dengan seorang adjusi2 beranak dua. Ha ha kedengaran lucu memang.
Kedua temanku memang unik Junsu yang notabene anak orang kaya yang tidak sombong, rajin menabung, ramah dan bla..bla.

 Serta Yoona, mahasiswi yang alergi dengan perempuan-perempuan centil.( hah apa dia tidak mengaca kalau dia termasuk dalam golongannya!). Seberuntungnya orang-orang di dunia, akulah yang lebih beruntung, dengan orang-orang yang mau menerima keadaanku.

“Jae, aku tinggal ke kelas dulu ya. Kamu tinggal bareng saja sama Junsu dan Yoona!”, pamitnya padaku.

“Ya, semoga kamu bisa mengerjakan tesnya”, kemudian ia berlalu pergi meninggalkanku.

“Jaejoong Hyung, kenapa si chunie kayanya buru-buru gitu?”, tanya Yoona dengan raut wajah penasaran.

“oh, dia ada tes apa gitu, gag tau deh. Udah jauh-jauh hari dia belajar mungkin dia agak gugup, dari SMA kan dia selalu begitu nerveous saat akan ada ulangan”, Junsu dan Yoona mengangguk bersama pertanda mereka ber-oh ria dalam benak mereka masing-masing.

“jae Hyung, belum makan kan?”, aku menggeleng.

“Mendingan kita ke kantin saja”, Junsu memberikan usul. Sesampainya di kantin seperti biasa aku memesan makana favorit dan es jeruk kesukaanku.

“Jae Hyung soal yang kemarin tentang permintaanmu kemarin sepertinya ada kabar baik dan kabar buruk untukmu.”, Junsu memulai pembicaraan.

Memang kemarin aku minta tolong kepada mereka berdua untuk mencarikanku anak yang mau mengikuti les privet kepadaku. Karena orangtuaku pernah bilang jika kuliah di Dobang kalau bisa cari sambilan kerja seperti membuka les-lesan.

Untung-untung bisa membantu orangtua. Mungkin saja mereka punya saudara atau teman yang punya masalah dengan belajar anaknya. Aku mulai serius memandang Junsu yang hendak menjelaskan.

“Hyung pengen kabar baik atau kabar buruk dulu?”,tanyanya dengan nada sok sedih.

“Lho kok gitu, pake kabar baik ama kabar buruk segala”, protesku. Secara aku kan cuma minta tolong buat nyariin anak yang mau aku privet, masa pake acara kabar buruk juga.

“Udah deh, mau kabar baik atau kabar buruk dulu? Tinggal jawab kok repot. Lagi pula yang susah kan aku” Huh dasar, dia pake acara pasang tampang sebel gitu.

“Ya deh, kabar buruk dulu. Gag usah pake acara masang muka sebel gitu deh. Pedesnya ngalahin sebel Tomat aja”,guyonanku sukses membuat Junsu dan Yoona tertawa riang gembira.

“Itu sambel tomat kale”, jelas Yoona

“Suka-suka aku dong, ini mulut ama omongan aku. Terus masalah buat Kalian?. Udah sekarang mendingan kamu omongin deh! Lama.”, kesel juga aku sama mereka.

“Iya, gini. Saudaraku gak ada yang mau manggil guru privet buat anaknya yang masih SD atau SMP”, jelas Junsu singkat. Huh, kabar buruknya saja kaya gitu terus kabar baiknya apa? Kan gak ada yang mau les privet, kabar baiknya berarti gak ada hubungannya sama itu dong. Aku mulai menangis dalam hati (huh author perlu digampar nih, ngomongya lebai terus).

“Tapi tenang, kabar baiknya pamanku mencari guru privet buat anaknya yang mau ujian. Dia anak SMA”,Junsu mencoba menenangkanku.

“Apa, anak SMA? Apa kamu gak salah? Bagaimana mungkin aku mengajar anak SMA sedangkan kita saja baru lulus SMA enam bulan yang lalu?”, aku mulai panik.

“Justru itu, pamanku mau cari orang sepertimu, seorang guru atau tentor yang baru saja lulus SMA. Dengan begitu, loe dapat mengajarkan kiat-kiat belajar sewaktu masih sekolah”,terangnya panjang lebar.

“Ya, tapi tetap saja. Itu berarti kemampuan otakku hanya lebih tinggi satu tahun darinya”, terangku tak mau kalah.

“Dengar ya Jae oppa kemampuan otak seseorang tidak dinilai dari berapa tahu ia belajar tapi dari apa yang kita terima, kita pelajari dan keingintahuan dalam belajar. kamu kan punya pengalaman menghadapi ujian waktu dulu. Mungkin itu yang jadi pertimbangan pamannya Junsu sehingga oppa dapat membagi pengalamanmu itu. Lagian kan oppa pinter, jenius malah. oppa kan peringkat satu nilai tertinggi ujian se korea”, Yoona ikut-ikutan menimbrung.

“Wuis, tumben banget perkataan kamu bijak”, aku dan Junsu terkekeh geli.

“Hei, dari dulu kale aku memang wanita bijaksana,salihah dan baik hati”, Aku dan Junsu hanya meng-iyakan, itung-itung buat sahabat sendiri senang.

“Jadi, gimana ni Jae Hyung ? Mau terima kaga? Kalau mau,nanti kita kerumah pamanku buat membicarakan ini”, setelah penjelasan Yoona tadi mungkin ada benarnya juga. Mungkin kalau aku mengajar anak SMA, bayaranku lebih gede dari pada ngajar anak SD atau SMP. Dasar matre.

“Iya deh”, mantap aku mengatakannya.

☺☺☺

Pulang dari kuliah aku segera sms Yoochun kalau aku tidak bisa pulang bareng dengannya.
From : Jaejoong
To : Chunie

Chunie aku tak bisa pulang bareng denganmu. Aku ada urusan ama Junsu, kamu pulang duluan aja.

SEND

Drrrrrt…..Drrrrrrrt

From : Yoochun

Ya, hati-hati ya ! Jangan pulang sampe sore.

‘Huft, nie anak perhatian banget ya’, batinku.
Aku yang dibonceng Junsupun melaju menuju rumah pamannya. Sampai di gerbang rumahnya, aku sangat takjub begitu melihat rumah yang begitu megah bak istana. Dari penuturan Junsu saat dalam perjalanan kemari. Dia bilang kalau pamannya adalah saudaranya yang paling kaya karena dia pengusaha sukses dalam bidangnya. Jadi tidak heran kalau rumahnya mewah bak istana itu.

“Kenapa berdiri disitu? ayo masuk!”, suara Junsu sontak membuyarkan kekagumanku.

“Su~ie, aku lupa nanya. Anaknya Namja apa Yeoja sih?”, tanyaku penasaran.

“AnaknyaNamja, udah masuk dulu nanti aja nanyanya!”,akhirnya kamu menuju muka pintu. Sesaat setelah menekan bel, pintu dibukakan oleh seorang yejoa tua kemungkinan sih itu pembantunya.

“Bik Inah, paman sam ada?”

“Oh, Tuan Andre. Ada silakan tunggu di ruang tamu saja nanti saya panggilkan. Tuan sama temennya mau minum apa? Nanti saya buatkan”, tanyanya sopan.

“Terserah saja deh bik yang penting dapat diminum asalkan bukan air comberan”, Junsu sepertinya mencoba melucu. Temanku ini memang konyol tingkat dewa. Sepertinya mereka sudah akrab sejak lama. Tentu saja, Junsu kan keponakannya majikannya, *dasar author bego.

“Ya, gak lah den masa dua Namja cakep dikasih air comberan”, bik Inah tersenyum genit. Dalam hati aku tertawa terpingkal-pingkal, bisa juga bibik ini kegenitan.

Bik Inah akhirnya meninggalkan kami dari ruang tamu. Selang beberapa menit muncullah sosok bapak-bapak keluar dari suatu ruangan berbalut jas hitam dan dasi ala pengusaha kantoran. Dugaanku ia baru saja pulang dari kerja.

“Oh, Junsu ada apa ? Tumben kemari.”, huh suaranya lembut, sepertinya dia ayah yang bijaksana dan baik.

“Gini om, ini temen aku namanya Jaejoong yang aku mau kenalin ke pama buat jadi guru privetnya Changmin”, jelas Junsu .Oh, ternyata anaknya namanya Changmin. Kemudian aku mulai menjabat tangan Paman Sam sambil memperkenalkan diri.

“Kim Jaejoong”

“Sammy Mown, boleh panggil paman Sam saja kayaJunsu. Lucu kan nama paman kaya julukan buat sebuah Negara”, rupanya paman Junsu juga humoris. Apakah semua keluarga Junsu memang keturunan pelawak bahkan paman dan pembantunya pun pandai melawak. Tidak lama kemudian muncul bik Inah yang mnembawa minuman dan makanan kemudian dia berlalu pergi.

Setelah cukup lama kami mengobrol ngalur ngidul sampai pada kesepakatan bayaran akhirnya aku dan Andre berpamitan pulang.
☺☺☺

“Su~ie, sudah sampai sini saja. Nanti aku jalan kaki mendingan kamu pulang saja. Udah deket.”

“Yakin gak mau dianterin sampai depan kos?”, tawarnya.

“Yaqqqqqqqqqqin”

“, ya udah aku pulan dulu ya!”

“Iya, kamu juga hati-hati . Awas jangan ngebut yang penting sampai rumah”, kemudian ia melajukan motornya melenggang pergi dari hadapanku.

Aku mulai berjalan kaki melewati gang-gang perumahan ini. Memang sih sebenarnya ada dua jalan menuju kosku. Jalan yang dilewati aku dan Yoochun saat berangkat saat kuliah memang ditutup akses masuknya waktu malam.

Otomatis jika ada yang pulang berpergian dari malam hari harus melewati gang-gang sempit ini baru setelah itu akan melewati jalan besar lagi. Aku sempat kepikiran tentang yang dikatakan Paman Sam tadi, dia bilang kalau anaknya nakal dan susah diatur. Makanya paman sam minta guru privet yang umurnya tidak beda jauh darinya untuk mengajarnya. Pasalnya guru-guru sekolah dan guru les sebelumnya sudah judeg(jengkel/tak tahu harus berbuat apa lagi) untuk menjinakkannya. Ya elah emang dia binatang. Semoga saja dia tidak begitu menakutkan seperti apa yang paman sam ceritakan.

Sepertinya aku terlalu sibuk dengan ketakutanku tentang anak itu bahkan aku tidak menyadari kalau aku telah sampai di jembatan kecil. Itu berarti tidak lama lagi aku akan sampai kos. Setelah aku menginjakkan kaki di jembatan itu, aku melihat sosok Namja yang seakan mau loncat ke sungai yang deras itu maklum karena masih musim hujan jadi aliran airnya maki deras. Dari tatapan matanya kosong memandang kebawah jembatan itu. Mungkin hatinya lagi galau. Diputusin pacar, mungkin saja. Tapi ada ketakutan kalau dia akan bunuh diri di tempat itu. Dengan sedikit keberanian aku mendekati orang itu. Sembari kutepuk pundak orang itu

“oii, kalau bunuh diri jangan disitu. Lagian pake acara bunuh diri, kalau diputusin pacar gag usah pake acara gitu-gituan dong”, kataku sok tau.

“Apa urusanmu hah?”, tanyanya cuek kemudian tak lama kemudian dia memalingkan wajahnya ke arahku.
‘wow ini orang ganteng juga sih’, batinku

“Tentu saja ada, saya kan yang liat mas mau bunuh diri otomatis saya akan dimintai pertanggungjawaban di akherat karena tidak mau mengingatkan orang yang mau melakukan dosa”

“Apanya dosaku?”, dia menatap tajam kearahku seakan dipandang singa yang hendak memakanku. Tubuhku hampir gemetaran.

“Ya…ya bunuh diri itu. Bunuh diri sama dengan dosa karena tidak menghargai nyawa dari Sang Pencipta”, jawabku dengan masih gugup.

“Darimana kamu tahu aku mau bunuh diri? Kamu aja yang sok tahu, aku cuma nongkrong disini apa gak boleh?”, huh nada bicaranya jadi santai. Tapi kalau dia tidak bunuh diri terus alasannya cuma nongkrong disini ditempat gelap berarti dia…. . Aku mencoba menenangkan gejolak batinku. Kuamati kakinya, huh lega ternyata dia masih berpijak pada tanah.

“Kenapa? Kau pikir aku hantu hah”, dia mulai ketus lagi. Sepertinya dia pintar mengubah ekspresi.

“Tidak, ya sudah kalau gitu. Maaf, sepertinya aku salah paham. Sepertinya aku harus segera kembali. Aku permisi”, setelah tiga langkah menjauh darinya aku berhenti dan berbalik seraya berkata, “ Mas sepertinya ini bukan tempat yang cocok untuk sekedar nongkrong bisa-bisa mas kesambet, lagi”, akupun mulai pergi meninggalkannya. Beberapa langkah jauhnya ku menoleh kebelakang lagi. Kali ini berbeda kudapati senyum terkembang di bibirnya orang itu tersenyum ke arahku. Aku?
Akupun melanjutkan langkahku karena tiba-tiba bulu kudukku berdiri stelah melihat pria itu tersenyum. Dia mampu merubah ekspresi dalam beberapa detik. Atau memang benar perkiraanku kalau dia adalah……………. . Hiiiiiii

Tbc..

Lanjut besok..

[YunJae] I Can Certainly Believe – Chapter 1 of ?

 

GambarTitle::I Can Certaily Believe

Author::Joy_wiliam

Raiting::pg 13

Length::Chapter 1 of?

Genre::Romance,Hurt,agsat

Main Character::

  1. Kim Joojin
  2. ?

Orther::Look at the story.

Warning::Fanfci ini akan memiliki alur lambat dan flackback,jadi bagi yang tidak suka k.Silahkan out dari ff ini sebelum kesal dengan alur Nya.

~~~~~~~~~~~~Author of pov~~~~~~~~~~

I can’t believe it.

When I open my eyes in this

Different morning.

A special day a waits me.

As time goes by,

At about the time the color of the roads chage,

Will I be able to laugh again?

Only like right now..

The I will never cry…

And so that you can always live inside my heart.

In this word in that place this can’t be the end of us I know we’re meant to be..

    Alunan music terus bergema dalam ruangan Apartemen mewah.Seorang namja cantik duduk dalam di lantai dengan mengenggam pisau tepat kearah jantungNya.Bayangan Karir,masa depan,Harga diri,dan cintaNya telah hancur 2 tahun lalu , tepatNya 4 tahun ia meninggalkan Korea,2 tahun masa mereka bersama dan disaat itu lah namja tampan yang ia cintai bertungan degan sahabat masa kecil Nya yang juga seorang Namja Cantik seperti diriNya.

     Ya..!Namja? Takdir selalu tidak adil kenapa harus seorang namja yang ia Cintai? Kenapa bukan seorang Yeoja? Kenyataa yag sungguh menyakitankan bagi ia ,sungguh menyiksa batinNya.

     Hancur,sakit,kecewa,marah semua bercampur aduk menjadi satu kenyataan yang seakan membalikan  duniaNya 180 derajat? Hamil..! ya Hamil? Seorang namja Hamil sungguh hal yang diluar dugaan,’Besyukur atau Marah Kah?’ sebuah kehidupan tumbuh dalam perutNya.Buah cinta mereka 2 minggu sebelum namja Tampan yang ia cintai bertunangan.

     “Kem…mbali..Aku mo..hon..hiks..hiks..kembaliLah” raung dan isak namja Cantik itu ,tepat saat 2 pasangan itu saling berpautan Cincin.Semua telambat,hilang,kesepian mereka semua menjauh seaakan ia ada sampah yang menggangu.Sahabat,teman,dan KeluargaNya menjauh meninggalkanNya sendiri.Ingin rasaNya ia mati dan mengakhiri takdir yang tidak adil ini. *Author sedih saat nulis kata-kata ini.:’(

      “Ta…api… a..aku.. kharus bertahan hiks.. mana diriku yang ceria,semangat,tegar,dan mandiri, dan demi anak ini hiks… orang yang kumiliki satu-satuNya darah dagingKu.. ‘I Can Certainly Believe’ untuk hidup dan bertahan meski harus erasakan sakit dan penderitaan hiks,..” semangat namja cantik itu untuk diriNya sendiri. “Aku harus kembali ke Jepang,Kembali pada dunia yang kutinggalkan selama 2 tahun ini?” katanya dalam hati.

       Disinilah! Disebuah Apartemen mewah yang hargaNya lebih mahal dari permata Daimond,Hidup dengan seorang anak laki-laki yaitu darah dagingNya sendiri.Berdua?? ya ! mereka hanya berdua menjalani lika-liku hidup .Tangisan dan Tawa selalu hadir dala kehidupan mereka.”Um…mma” namja cantik itu hanya tersenyum miris melihat anak semata wayangNya memanggilNya ‘Umma’. “Um..mmaa.. hiks ..hiks..” Anak kecil itu mulai menangis melihat sang Umma hanya berdiam diri dan tersenyum saja.

“umma..Jinho janji tidak akan nacal lagi,umma jangan tinggalin Jinho hiks..hiks..”Tangisan Jinho ya? Itu namaNya! Mulai pecah dan berbaur dengan alunan music yang terus bergema.Joojin? ya..Joojin atau Kim Joojin namaNya.Joojin yang melihat anakNya menangis membuat hatiNya terasa sakit,saat melihat anakNya meneteskan air mata.

       Pisau yang ia genggam dengan erat mulai terjatuh dari tanganNya,ia berjalan mendekati putraNya.Ia peluk tubuh kecil sang anak dan terdiam sesaat agar anakNya lebih tenang.

~~~~~Hening~~~~~

“Minhae… Jinho chagia? Uma janji tidak meninggalkan Jinho,Umma sayang Jinho ne?”

“Jinjja..,Umma Janji? Dan Jinho juga Janji ini Tangisan Jinho yang terakhir dan Jinho akan melindungi Umma selamaNya”ucap Jinho dengan tampang polos dan air mata yang mengalir dari mata ElangNya.Jooojin yang melihat itu hanya tersenyum bahagia melihat tingkah sang anak dan Mata ElangNya itu?Mata yang pertama kali ia betemu dengan Namja Tampan yang ia Cintai sosok yang selalu membayangi hidupNya.

     Ingatan masa lalu terus berjalan dalam benakNya,Ingatan yang ingin ia HilangKan dan tanpa sadar ingata itu berputar seperti roll Film yang kembali saat 4 tahun yang lalu saat ia pertama kali betemu dengan sosoknya.Cinta,Perjuangan,tangisan,kekecewaan,dan sakit hati .Putaran saat diriNya berumur 18 Tahun.

~~~FlackBack Story 4 Years~~~

Tokyo,Jepang at Gedung Axelle inc

“Joojin! Kerjamu semakin bagus,sebagai maneger aku sungguh bangga dan gak sia-sia endidik dan mengaturMu”Teriak sang maneger pada Jooji sang ‘Model Terkenal’ dari jepang.

“Arigato..Arigato….!!atas kerja keras kalian semuanya”kata Joojin pada kru-kru yang bertugas dalam pemotertanNya.

“Ne… Hyun Joon hyung gomawo”

”hahaha ..panggil saja aku Hyun hyung saja ne”

”ne Hyun Hyung..ayo kita pulang aku udah capek.” Percakapan mereka berakhirdengan sebuah senyuman kepuasan sang maneger dan tentunya Joojin tapi di balik senyum Joojin akan ada rencana besar yang akan ia lakukan dan berakibat heboh seluruh media massa seluruh jepang.”hahaha..semoga rencana ku berhasil dengan sempurna  ,besok adalah tanggal mainnya?”katanya dalam hati dan penuh dengan senyuman yang ada artinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~TBC~~~~~~~~~~~~~~~~

STOPPPPP………..hohohoho akhirnya chap 1 sekian dulu ya..??heheheh semoga ff ku tidak mengecewakan.Sekarang waktu nya aku butu komen komen dari kalian semua.?

NOTE:

Jinho or Kim Jinho:anak dari Kim Joojin dengan seorang namja yang ia cintai.Siapakah namja itu??(sabar yah?)

Lee Hyun Joon:maneger dari Joojin saat beumur 12 tahun yang biasa melihat bakat seorang Joojin dan kharismaNya dan mengembangkan bakatNya sebagai model.

v  Rencana? Rencana apak yang Joojin buat sehingga dapat seluruh media assa menjadi heboh? Kita tunggu chap 2 ya??

Sampai ketemu ke chap 2 ya bye..bye….

[YunJae] I CAN CERTAINLY BELIEVE – [INTRODUCTION]

Gambar

[YunJae] I Can Certainly Believe – [introduction]

Annyeong…X)

Ini ff keduaKu ‘I Can Certainly Believe’.Aku gk tau ya? cerita ini bagus apa enggakNya karna ff ini buah pemikiranKu sendiri.Tapi tenang ff ini akanKu buat tidak MENGECEWAKAN.! *Percaya diri..:)

 Title   :: I Can Certainly Believe.

Author::Joy_wiliam

Rating::PG

Lenght::

Main Charater::1. Jung YunHo                2.Kim JaeJoong

                         3. Kim JooJIn                  4.Kim Junsu

                         5. Park Yoochun             6.Shim Changmin

Sebagai prolog awal ,aku kasih pengenalan para tokoh:

 1. Nama:Jung Yunho

     Umur:19 tahun

Pengenalan: Yunho sosok namja cool,tampan,tajir,serta penerus tunggal Jung Crop’ Perusahan terkenal di seleruh korea serta luar negeri.Tapi di balik sosok Yunho dikenal Dingin,Arogan,Tidak Sabaran. Hingga suatu hari datang seorang namja yg merubah sosok Dingin dan AroganNya. Yaitu Joojin or Kim Joojin namja cantik yg membuat si Empu(Yunho) selalu terkejut akan tingkahNya.Yunho juga memiliki sahabat dari kecil yaitu Jaejoong(cinta 1 yunho),Junsu dan yoochun.

2.Nama:Kim Jaejoong

   Umur:18 tahun

Perkenalan: Jaejoong namja Cantik yg pintar memasak,Murah senyum,rajin,teliti.Tapi di balik sosokNya Jaejoong sosok yg rapuh,pendiam,dan kesepian. Tapi perasaan iti ia tutupi karna jaejoong memiliki sahabat yg selalu hadir untukNya. Sahabat masa kecilNya Yaitu Yunho(namja yg membuat hatiNya bergetar),Junsu sepupu Jaejoong,Yoochun. *wah yunjae saling mencintai tapi Bagaimana&Apakah cintanya akan berjalan lancar??(kita lihat nanti)

3.Nama:Kim Joojin

   Umur:18 tahun

Perkenalan: Joojin namja yg tidak jauh beda degan sosok Kim Jaejoong yg di anugerahi wajah yg cantik serta orang yg memeiliki sifat Cerewet,Periang,Mandiri,Pintar,suka Memasak dan juga berprofesi sbg Model Terkenal di Jepang. Tapi di balik kehidupanNya yg GELAMOR Joojin merasa muak,bosandan terkurung atas profesinya sbg Model selama 6 tahun lamanya.Hingga suat hari ia kabur dari Jepang dan bertempat tinggal di korea negeri Gingseng dan di saat itu lah Joojin bertemu dengan Yunho yg ia anggap sbg ‘Pahlawan Penyelamat’ ? ia berjanji “I Believe you Can Certainly Change The Nature and Mine Jung Yunho”

4.Nama:Kim Junsu & Park Yoochun

   Umur:18 & 19 tahun

Perkenalan: Junsu namja manis+imut periang,cerewet,cengeng,dan baik hati.selain itu ian memiliki sahbat dan kekasih yaitu Yoochun(kekasihNya),Yunho serta sepupunya Jaejoong,.dan juga Joojin teman yg tidak segaja karna isiden tabrak lari.
    Yoochun namja playboy tapi setia pd kekasih yaitu Kim Junsu.namja yg membuat hatinya berdebar dan berjanji akan tobat untuk tidak tebar Pesona pd setia wanita2 catik. Dan selain itu juga yoochun memiliki sahabat dari jepang yg berprofesi sbg dosen dan dokter Mudah yg jenius yaitu Shim Changmin. Tapi mereka udah lama tidak bertemu?

5.Nama:Shim Changmin   

   Umur:19 Tahun

Perkenalan:Changmin namja muda yg berprofesi sebagai dokter dan dosen dri Jepang.Yg diluluskan secara paksa oleh pihak universitas karna kejeniusanNya serta dalam mengambil sikap.Dan saat itu Changmin dipidah tugas kan di universitas Korea yaitu Shinkin.Universitas terkenal dri korea serta awal Changmin-ah jatuh cinta pd sosok namja catik??*siapakah dia? aku simpan dulu>!

emmm.. kayaknya ini dulu deh perkenalan parah tokohNya 🙂 yg bisa joy sebutin? bagaimana?ada yg berminat? hahahaha

Note:-Joojin itu cuma kayalan Author aja:)

         -YunJin:yunho&Joojin yg akan lebih dulu muncul.

         -banyak flackbackNya dri awl cerita ya?? dan untuk itu setiap chap akan muncul 2 hari setelah chap lain selesai. sekian deh met bertemu di chap 1??

KOMENNYA AKU TUNGGU…??

YUNHO AND JAEJOONG {YUNJAE}

U-KNOW YUNHO..

Yunho
Cakep ooiii..
yunho
masih cakep yahhh..
yunho
PoseNya agk gimana gitu ?? *Ditampar yunpa. 😥

 

yunjae

yunjae

Tatapa Ekor musangNya..eeee maksudnya Ekor mata Musang.. Memawan..
yunho
AaaaaaaA……

HERO JAEJOONG.
jaejoong
Huuu lagi pemanasan mulut ya??
jaejoong
Galau kah jaema.?? *Poor jaema..
jaejoong
Jaejoong cutie….
jaejoong
Foto ini perasaan jaema pamer?? *ditonjok jaema..

YUNJAE..
jaejoong

ooooo…
yunjae
yeeee…

KayakNya sekian deh.. 🙂 🙂 minhae kalau jelek” semuanya 🙂

yunjae
…???

yunjae
Heeehehhe..

Sekian Dan Maaf kalau gambarnya agak kurang bagus.. Atau tidak kelihatan..
TERIMA KASIH

{YUNJAE COUPLE STORY}/ 》Fanfiction/Yunjae/NC-21/Yaoi/ ※RAZIA※ /Chap 3 of 3

yunho

{YUNJAE COUPLE STORY}
/ 》Fanfiction/Yunjae/
NC-21/Yaoi/ ※RAZIA※ /
Chap 3 of 3

“Kau belum puas
ya..kalau begitu rasakan
ini!”

“Akkhh. . . .”
Yunho kembali
menghujam hole
Jaejoong tanpa ampun
dan semakin brutal dari
sebelumnya.

Awalnya Jaejoong
kesakitan memang,tapi
rasa itu hanya sebentar
karena berganti menjadi
kenikmatan yg membuat
melayang.

Jaejoong sangat bahagia
disetubuhi oleh Yunho
seperti ini.
Apalagi saat Yunho
mencium panas bibirnya
dan mengocok juniornya
dg sangat lihai.

Dan ini menepis semua
anggapan tentang Yunho
yg buta sex,karena Polisi
yg bersetubuh dgnya
ternyata lebih jago sex dr
pada dirinya.

“Uhh..cantik
namamuhh..siapahh”
tanya Yunho sambil terus
menggenjot hole
Jaejoong.

“Jaehh..Jaejoonghh..
kalauuh..uhh..bapak?”
“Panggil saja aku
Yunho..g usah pake
bapak”

“Umm..”

“Uhh..Jae..nikmat..
sekalihh..ohh..holemu..
aku sukkah..maukah kau
jadi pacarku..uhh..”

“Genjotan..anhhmu..juga
mantaphh…akkuhh..mau
jadi pacar kamu..”

“Jinja?gomawo
Jae..Saranghae..Cup~Cup
~Cup~ ” Yunho
mengecupi wajah
Jaejoong tanpa
menghentikan
genjotannya.
“Ngh..nadohh..
SarangAKKHHH…” triak
Jaejoong dg
menggeliatkan tubuhnya
akibat klimaks yg datang
kembali yg kemudian
disusul oleh klimaks
Yunho yg juga kembali
menyemburkan percum
kedalam holenya.

“Hosh. .hosh. .” deru
nafas Yunjae berkejar2-
an.

Mereka kelelahan dan
melemas.
Yunho ambruk menimpa
tubuh Jaejoong yg ada
dibawahnya.

“Yunho..berat..” protes
Jaejoong dg manja

“Haha mianhae..chagi..”
Ujar Yunho yg bangun
dari tubuh Jaejoong
kemudian melepas
juniornya dari ‘dalam’
Jaejoong.

Dan berbaring disamping
Jaejoong Keduanya
memiringkan tubuh
mereka dalam posisi yg
saling berhadapan.

Yunho lebih mendekatkan
lagi tubuhnya pada
Jaejoong dan mencium
kening,hidung,kemudian
bibir chery milik Jaejoong.

” Saranghae nae boojae..”

“Nado Yunnie~ah..”
kemudian Jaejoong
membenamkan dirinya
dipelukan Yunho.

“Jae..aku dari tadi
bingung,kenapa kau tak
takut sama sekali
padaku? Padahal akukan
polisi yg galak”
Jaejoong menarik
kepalanya dari dada
Yunho sehingga wajah
mereka kini berhadapan.

“Oh..itu..aku memang tak
pernah takut dg polisi yg
paling sekalipun..justru
merekalah yg takut
padaku”

“Kok bisa..”

“Tentu saja..aku inikan
anak kepala polisi di
seoul”

*g tau q nama pangkat
na*

“Mout! Nama..appamu
siapa?”

“Kim Siwon..”

“Kim..si..siwon..”

“Ne..wae Yun..”

“Berarti aku sudah
meniduri anak
pimpinanku di
kantor..aish bisa dipecat
aku”

“Kau tak akan
dipecat..asal kau
tanggung jawab dg
perbuatanmu ini”

“Tanpa dimintapun,aku
pasti melakukannya ”

~END~

yeyeyeye…ff ku selesai *Geje bgt pasti…

{YUNJAE COUPLE STORY} / 》Fanfiction/Yunjae/ NC-21/Yaoi/ ※RAZIA※ / Chap 2 of 3

yunjae

{YUNJAE COUPLE STORY}
/ 》Fanfiction/Yunjae/
NC-21/Yaoi/ ※RAZIA※ /
Chap 2 of 3.

WARNNING BAGI PEMBACA D BAWAH UMUR DI LARANG..AKU GAK MAU NANGUNG RESIKO DAN BERHUBUNGAN AKU MASIH BARU JADI TIDAK AKU PASANG PASSWORD..
*KEBANYAKAN BICARA MUNGKIN.

Lanjut..

Dan seperti
sebelumnya,Jaejoong tak
takut sama sekali.
Justru ia terkesan santai
dan mengejek
menghadapi Yunho saat
ini.

“Iya,kamu Polisi
payah.Aku tau kamu
belum pernah melakukan
sex kan? Buktinya baru
dioral saja sudah
menggelinjang nikmat
begitu.
Yah,tapi maklum
lah,namanya juga
polisi,mana tau hal2
seperti itu karena terlalu
naif dan sok suci.Bukan
bermaksud mengejek.
Aku hanya kasian saja
pada istrimu nanti karena
tak bisa mendapat
kepuasan batin dari
suami yg tak memiliki
pengetahuan sex sama
sekali seperti anda” ejek
Jaejoong panjang lebar
kemudian berjalan dg
cuek ke ranjang untuk
mengambil2 baju2nya yg
berserakan akibat
‘ulahnya’ sebelum razia.

Sementara itu Yunho
mulai melucuti
pakaiannya sendiri dg
perasaan sangat marah
dan geram dihina habis2-
an oleh2 anak SMA
macam Jaejoong.

Setelah terlepas
seluruhnya,kemudian ia
berjalan mendekati
Jaejoong mendorong
namja cantik ini
tengkurap di ranjang.
Dan…

“AAAAKKHH. . . .” Jaejoong
berteriak sekeras2nya
saat benda tumpul dan
keras memaksa masuk
keholenya yg sempit
secara mendadak..

“AAAKKHH…” Jerit
Jaejoong kembali saat
merasakan sakit yg luar
biasa pada holenya
karena ‘benda’
menghujam’nya’ dg
brutal.

Meskipun begitu Jaejoong
tetap berusaha untuk
melihat apa yg terjadi
pada holenya dg melihat
kearah cermin.

Dan dia begitu shock
melihat bayangan cermin
yg memperlihatkan
dirinya tengah disetubui
oleh polisi tadi yg merem
melek sambil terus
menggerakkan
pinggulnya kedepan dan
belakang.

“Akhh..sak..itt..
hentikanhh..ahh..” pinta
Jaejoong ditengah ritihan
kesakitaan.

Namun Yunho
mengindahkanny.Ia
sudah kehilangan akal
sehatnya dan melupakan
tentang akibat
kenikmatan yg tiada tara
berada didalam hole
Jaejoong yg super sempit.

Bahkan ia semakin
mempercepat gerakan
menghujam hole
Jaejoong tanpa
memperdulikan
pemiliknya yg menangis
kesakitan sambìl terus
meronta.

“Uhh..nikmat..ternyahh..
adahh..hole senikmat
ini..ahh..”

Semakin lama hujaman
Yunho bertambah cepat
dan membuat Jaejoong
yg tadinya menangis
kesakitan mulai
mendesah nikmat.

Sehingga Yunjae pun
mendesah tanpa henti
sampai ahirnya mereka
mecapai klimaks
bersama.

“AAAKKHH. . . .” triak
Yunjae berjamaan saat
masing2 mengeluarkan
cairan percumnya.

Tanpa mengeluarkan
juniornya,Yunho
membalik tubuh Jaejoong
dan menindihnya.

“Hanyahhh..segitu saja
kemampuanmu..uhh..
pak polisihh..” komentar
Jaejoong dg suara berat
dan tersenyum licik.

Yunho membalas senyum
itu dg tersenyum mesum
pada Jaejoong..

-TBC-

uuuhh Terlalu ya??(Mungkin)
masih ada lagi nih..Tunggu.yunho

anyeonghaseo..

Anyyeonghaseo…
Name:Joy wiliam josh.
*Korea:Kim Ji Hoon.
*Cina:Liu Han Quan.
Hobby: Futsal.
-volly.
-Basket ,Bulu
Tangkis,Nyanyi,Dance.
My Ciri”:-TB:174 cm.
-BB:53 kg.
-Putih.
-Manis.
-Cool.
ORANGNYA:
-Bertanggung Jawab.
-Rajin.
-Penyanyang.
-Lucu.
-Bawel.
-Rajin Menabung.
Kalau pengen tau lagi
tanya aja pada diri ku..

Sedikit perkenalan ciri gk pa2 yah?? Emmm… Okey..
SAYA DISINI MUNGKIN MASIH DIBILANG BARU TAPI GPP AKU MOHON DUKUNGANNYA…

DAN UNTUK SEMENTARA FF SAYA TIDAK AKAN SAYA KASIH PASWORRD… TAPI JANGAN LUPA TOLONG KASIH MASUKANNYA DAN KOMEN YG BERMANFAAT…aku
Narsis sedikitlah..

Kalau MAU LEBIH KENAL EMAI & FB: Joy.wiliam34@yahoo.co.id

fb* joy wiliam josh.

BERHUBUNG SAYA MALES PNYA TWITTER(Alesan) JADI MAAF GAK SUKA…

SEKIAN GOMAWOO…

Sampingan

{YUNJAE COUPLE STORY}
/ 》Fanfiction/Yunjae/
NC-21/Yaoi/ ※RAZIA※ /
Chap 1 of 3

Title : RAZIA

Author : joy_wiliam.

Pairing : Yunjae

Legh : 2shoot

Ratting : NC-21

Genre : Yaoi,NC
Cast :
-YunHo (25)
-Jaejoong (18)

>>
All P.O.V Author

Sebagai seorang
muda,Yunho sudah bisa
disejajarkan dg polisi yg
sudah senior.
Ini krn ia begitu pandai
dan cekatan saat
menangkap buronan atau
melakukan razia.

Dimana disitu ia akan
menampakkan wajah
bringas dan kejam
sehingga membuat takut
tersangka yg menjadi
incarannya merasa takut
dan menyerah padanya.

Tapi fakta2 ini justru
dihadapi santai oleh
Jaejoong yg kepergok
tengah bermesraan dg
teman wanitanya sesama
anak SMA didalam kamar
sebuah hotel ternama yg
kebetulan sedang dirazia
polisi untuk untk
menjaring pasangan
mesum tanpa ikatan dan
narkoba yg mgkin dibawa
oleh tamu.

Saat ini YunJae tengah
berdiri berhadapan.
Jaejoong nampak tenang
sementara Yunho gugup
bukan main karena
melihat tubuh Jaejoong
yg telanjang dada dg
handuk kecil yg melilit
dipinggang,sehingga
mengekspos bagian atas
tubuhnya yg
putih,mulus,dan sexy
tentunya.

Yunho tak bisa
menghindar,karena
Jaejoong memojokannya
disudut tembok rumah
sakit
“aaakhhh. . .” desah
Yunho dg mata terbelalak
karena kaget saat
Jaejoong meremas
juniornya secara tiba2.

“Akhh…hentik..anhh..
jangan
sent..uuhh..juniorggh..
kuhh” larang Yunho
sambil berusaha
menyingkirkan tangan
Jaejoong dari ‘adiknya’.

Tapi Jaejoong tak
membiarkannya,ia
semakin meperkuat
remasannya dan mulai
berani menghisap secara
liar leher Yunho sampai
jejak bibir terlukis indah
disana.

“Akhh..auww..” Yunho
mEringis kesakitan saking
kuatnya tiap hisapan
namja cantik ini.
Erangan Yunho ini justru
membuat Jaejoong
semakin bersemangat
menikmati tubuh Yunho.

Tangan kiri Jaejoong kini
berusaha melepas
kancing2 sragam polisi
Yunho sehingga
menampakan dada
beserta nipple coklatnya
yg membuat Jaejoong
tergoda.

Dan tanpa basa
basi ,Jaejoong segera
menghisap niple di dada
kiri dan meremas dada
kanan Yunho dg brutal.
“Ouhh..ahh..enakk..ahh”
rancau Yunho semakin
tak jelas akibat triple
nikmat yg ia rasakan pada
dada dan juniornya.

“Ahh..aku
keluarghh…ahh..”
himbau Yunho yg sesaat
kemudian
menyemburkan lava
kentalnya di tangan
Jaejoong.

“Masitha..” komentar
Jaejoong sambil menjilati
sperma Yunho dan
tersenyum melihat Yunho
terkulai lemas dilantai
setelah klimaks tadi.

“Dasar Polisi payah” cibir
Jaejoong yg membuat
Yunho tercengang dan
langsung berdiri.

“Apa kau bilang tadi?
Polisi payah!” ujar Yunho
dg menampakan wajah
bringasnya..

-TBC-yunjaeyunjae